MAKALAH
LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN AKHLAK
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Drs. Nur Hidayat, M.Ag.
Disusun oleh:
Nova Amalia Rufaida NIM:
14480087
Alfian Huda NIM:
14480092
Lidya Natalia NIM:
14480115
Ridwan Akbar NIM:
14480118
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dari Kelompok IX Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf bisa
menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf. Shalawat serta salam selalu senatiasa kita curahkan pada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman
yang terang benderang.
Pada kesempatan ini kami
selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Nur Hidayat, M. Ag,
selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan
nasehat-nasehat yang membangun bagi kami, sehingga makalah ini bisa
terselesaikan tepat waktu.
Ucapkan terima kasih
juga kami ucapkan kepada anggota Kelompok IX, khususnya Ridwan Akbar meskipun
memilki keterbatasan, namun tetap antusias dalam berdiskusi menyusun penulisan
makalah ini bersama-sama anggota Kelompok IX lainnya.
Namun, kami dari
Kelompok IX selaku penyusun dan penulis makalah ini menyadari bila dalam
penyusunan dan penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang
harus dibenahi.Sehingga kami memohon kepada pembaca untuk senatiasa memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada kami agar ke depannya kami bisa menjadi
lebih baik.
Yogyakarta, 21
November 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di era globalisasi ini, di samping
membawa dampak positif juga membawa dampak-dampak negatif.Dampak postifnya
adalah semakin berkembangnya peradaban suatu bangsa bersamaan pesatnya kemajuan
sistem informasi. Namun arus globlalisasi yang masuk ini juga akan membawa
dampak negatif. Dari banyak dampak negatif yang ditimbulkan, salah satunya adalah
dampak negatif terhadap perubahan akhlak-akhlak masyarakat kita. Dampak yang
dapat kita lihat adalah kecenderungan masyarakat kita untuk menirukan gaya
hidup masyarakat barat. Karena memang pengaruh globlalisasi paling berat adalah
dari dunia barat.Orientasi kehidupan lebih hedonis dan konsumtif, apalagi dunia
barat terkenal dengan liberalismenya.Orientasi kehidupan yang hedonis dan
konsumtif tentu sangat bertolak belakang pola akhlak tasawuf.Di mana kehidupan
yang hedonis ini lebih mengarah ke kehidupan duniawi.
Tanpa kita sadari
dampak negatif globalisasi ini sedikit demi sedikit mulai merusak akhlak
masyarakat kita.Belakangan kita sering melihat di televisi banyak sekali
pemberitaan-pemberitaan tentang kerusakan akhlak masyarakat kita.Pejabat publik
yang banyak tersandung kasus korupsi karena ingin memperkaya dirinya sendiri,
artis-artis yang hidup bermewah-mewahan, pelajar-pelajar yang terlibat kasus
tawuran, sampai kasus-kasus asusila terhadap anak di bawah umur yang bahkan
dilakukan di lembaga pendidikan.Kesemuanya sangat mencerminkan kehidupan yang
keduniawian.
Sehingga untuk mengatasi segala permasalahan kerusakan akhlak di
atas adalah melakukan pembinaan akhlak tasawuf.Membina akhlak taswuf ini
penting karena akhlak merupakan dasar yang membentuk kepribadian seseorang.
Oleh sebab itu langkah-langkah dalam membina akhlak tasawuf akan kami jadikan
fokus pembahasan pada makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
yang akan dibahas pada makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.
Bagaimana
hakikat pembinaan Akhlak Tasawuf?
2.
Bagaimana
tahapan-tahapan dalam melakukan pembinaan akhlak karimah berdasarkan Tasawuf?
3.
Apa
saja sarana yang digunakan dalam pembinaan akhlak berdasarkan Tasawuf?
4.
Apa
saja tujuan dari pembinaan akhlak berdasarkan Tasawuf?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan
hakikat pembinaan Akhlak Tasawuf.
2.
Menjelaskan
tahapan-tahapan dalam melakukan pembinaan akhlak karimah berdasarkan Tassawuf.
3.
Menjelaskan
sarana-sarana yang digunakan dalam pembinaan akhlak berdasarkan Tasawuf.
4.
Menjelaskan
tujuan dari pembinaan akhlak berdasarkan Tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Pembinaan Akhlak Tasawuf
Pembinaan
akhlak bagi setiap muslim merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan terus
menerus tanpa henti baik melalui pembinaan dari orang lain maupun pembinaan
yang dilakukan atas dirinya sendiri tanpa harus dituntun oleh orang lain. Namun
pada hakikatnya pembinaan akhlak tasawuf lebih merupakan pembinaan akhlak yang
dilakukan seseorang atas dirinya sendiri dengan tujuan jiwanya bersih dan
perilakunya terkontrol.
B.
Langkah-langkah dalam Pembinaan Akhlak Tasawuf
Ada tiga langkah
yang harus dilakukan seseorang dalam melakukan pembinaan akhlak tasawuf, yaitu
sebagai berikut:
1.
Tazkiyah
al-Nafs
Tazkiyah al-Nafs secara etimologi berasal dari dua kata yaitu tazkiyah dan al-Nafsi
yang berasal dari kata zakatun nafsi.Tazkiyah mempunyai dua arti
“penyucian dan pertumbuhan”.Sedangkan al-Nafsi yang berasal dari kata zakatun
nafsiberarti penyucian jiwa dari segala penyakit dan cacat merealisasikan
maqam padanya dan menjadikan asma’ dan sifat Allah sebagai akhlaknya.
Untuk mewujudkan tujuan dari pembinaan akhlak dengan tazkiyah
perlu melalui beberapa tahap, antara lain sebagai berikut:
a)
Upaya
menyucikan diri (tathahhur)
Usaha yang
dilakukan dalam menyucikan diri adalah dengan bertaubat dari dosa yang telah
dilakukan dan berjanji tidak mengulangi lagi segala perbuatan yang bisa
mengotori jiwa atau hati.
b)
Upaya
menghiasi diri dengan akhlak al-kharimah(takhallaq)
Setelah
melakukan penyucian diri, maka langkah selanjutnya ialah berupaya mengisi
kepribadiannya dengan akhlak-akhlak mulia.Dengan menghiasi diri dengan
akhlak-akhlak mulia diharapkan bisa menggantikan akhlak-akhlak buruk dalam diri
seseorang.
c)
Upaya
merealisaikan kedudukan-kedudukan mulia atau biasa disebut Maqamatul Qulub
(Tahaqquq)
Pada usaha ini merupakan puncak dari tahapan-tahapan
tazkiyah, di
mana seseorang harus memperoleh kedudukan mulia di sisi Allah SWT dengan cara
berusaha berada sedekat-dekatnya dengan Allah SWT.
Kesemua tahapan-tahapan di atas penting dijalani agar benar-benar
menjadi jaring pengaman yang menyelamatkan manusia dari keterperosokan dan
keterperukan di dunia serta kehancuran di akhirat nanti.Selain itu, ada enam
tingkatan bila seseorang ber-tazkiyah, yaitu
a)
Musyarathah
Musyarathah atau penetapan syarat ini adalah permulaan seseorang dalam
melakukan kegiatan.[1]
b)
Muraqabah
Muraqabah atau perasaan
diawasi adalah upaya menghadirkan kesadaran adanya muraqabatullah (pengawasan
Allah) atau dengan kata lain adalah upaya yang dilakukan diri sendiri untuk
senantiasa terawasi oleh Allah.[2]
c)
Muhasabah
Muhasabah adalah sebuah upaya untuk selalu menghadirkan keasadaran bahwa
segala sesuatu yang dikerjakannya tengah dihisab, dicatat oleh Malaikat Raqib
dan Atid sehingga ia pun harus aktif menghisap dirinya terlebih dahulu agar
bergegas memperbaiki diri.
Keutamaan muhasabah
terdapat dalam QS. Al-Hasyr ayat 18 di mana Allah berfirman: “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”
Dalam ber-muhasabah,
seorang memulainya dengan bertaubat kepada Allah SWT. Proses bertaubat ini akan
mendorong seorang hamba untuk menyesal atas segala dosa yang telah diperbuat.
Sehingga dari penyesalan ini akan mendorong seseorang hamba untuk mengevaluasi
dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.
d)
Mu’aqabah
Mu’aqabah adalah upaya yang dilakukan diri untuk menghukum dirinya sendiri
atas dosa yang dilakukan dan menggantikannya dengan kebaikan.
Contoh mu’aqabah
yang pernah dilakukan adalah mu’aqabah yang dilakukan Umar bin Khatab yang
pernah terlalaikan melaksanakan shalat dzuhur karena sibuk mengawasi kebunnya.
Setelah kejadian tersebut, Umar bin Khatab langsung bersegara mengingat Allah
dan lalu melakukan mu’aqabah dengan menghibahkan kebun beserta isinya untuk
keperluan fakir miskin.
e)
Mujahadah
Mujahadah adalah upaya keras untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah, menjauhi segala yang dilarang Allah dan mengerjakan apa
yang diperintahkan-Nya.
Contoh mujahadah
adalah seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dalam melaksanakan shalat tahajud,
di mana kaki beliau sampai bengkak karena terlalu lama berdiri.
f)
Mu’atabah
Mu’atabah mengandung arti perlunya memonitoring, mengontrol, dan mengevaluasi
sejauh mana proses-proses dalam kita ber-tazkiyah.
2.
Tarbiyah
Dzatiyah
Secara istilah tarbiyah dzatiyah diartikan sebagai sarana pembiaan
(tarbiyah) yang diberikan orang muslim atau muslimah kepada dirinya
untuk membentuk kepribadian yang sempurna di seluruh sisinya; ilmiah, iman
akhlak, sosial, dan lain sebagainya. Tarbiyah dzatiyah juga bisa
diartikan sebagai pembinaan (tarbiyah) seseorang terhadap dirinya
sendiri.
Contoh tarbiyah dzatiyah adalah seperti yang dilakukan oleh
sahabat-sahabat Rasulullah, di mana mereka mampu tampil menjadi figur-figur
hebat dengan ciri khas masing-masing. Salah satu kuncinya adalah masing-masing
dari mereka mampu men-tarbiyah (membina) diri sendiri engan optimal,
meningkatkan kualitas diri menuju tingkatan seideal mungkin, mengadakan
perbaikan diri secara konsisten dan berkelanjutan, serta meningkatkan semua
potensi diri mereka sehingga tidak ada satupun potensi mereka yang terabaikan.
3.
Halaqah
Tarbawiyah
Halaqah tarbawiyah adalah
salah satu metode dalam pembinaan akhlak dengan cara dipandu dan dibimbing oleh
seorang murabbi untuk bersama-sama membina diri baik dari segi ilmu
maupun pengalaman.
Sementara
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), halaqah dalam Bahasa
Indonesia adalah “halakah” yang artinya cara belajar atau mengajar dengan duduk
di atas tikar dengan posisi melingkar
atau berjejer.[3]
Salah
satu konsep pembinaan akhlak dengan halaqah ini bisa dilihat pada para
pengamal thariqah.Di mana para pengamal thariqah ini menghimpun
diri pada sebuah kelompok thariqah dengan bimbingan seorang mursyid.
C.
Sarana-sarana dalam Pembinaan Akhlak
1.
Tazkiyah
al-Nafs
Sarana tazkiyah adalah berbagai amal perbuatan yang
mempengaruhi jiwa secara langsung dengan menyembuhkannya dari penyakit,
membebaskannya dari “tawanan” atau merealisasikan akhlak padanya.[4]
Berikut
ini beberapa sarana dalam ber-tazkiyah:
a)
Shalat
Shalat adalah salah satu sarana tazkiyah
dan merupakan wujud tertinggi dari‘ubudiyah
dan rasa syukur. Penunaian shalat secara sempurna merupakan sarana, tujuan, dan
dampak tazkiyah itu sendiri melalui shalat.Sehingga shalat dijadikan
sarana tazkiyah yang pertama.Shalat berikut sujud, ruku’,
dan dzikirnya membersihkan jiwa dari kesombongan kepada Allah dan mengingatkan
jiwa agar selalu istiqamah dalam perintahnya.
b)
Zakat
dan infak
Zakat dan infak menjadi sarana kedua kita
dalam ber-tazkiyah.Zakat dan infak bisa membersihkan jiwa dari bakhil dan
kikir, dan menyadarkan manusia bahwa pemilik harta sebenarnya adalah Allah SWT.
c)
Puasa
Puasa merupakan salah satu sarana tazkiyah
yang membiasakan jiwa agar mampu mengendalikan syahwat dan kemaluan.Tujuan dari
puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, namun melatih jiwa untuk
sabar dan mengekang hawa nafsu dari keinginan-keinginan nafsu duniawi.
d)
Zikir
dan pikir
Zikir
dan pikir dalam ber-tazkiyah dapat menambah rasa keimanan dan ketauhidan
kita di dalam hati.Seperti firman Allah SWT dalam QS Ar-Ra’d yang artinya :“Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati kita menjadi tentram.”
e)
Mengingat
kematian
Dengan mengingat
kematian, kita akan semakin paham bahwa hidup kita di dunia hanyalah sementara
dan segala amal perbuatan kita selama hidup di dunia akan dihisab di akhirat
nanti.
f)
Amar ma’ruf nahi munkar
Dalam
kita ber-tazkiyah, tentu kita harus saling mengajak ke kebaikan dan
menjauhi kemungkaran. Karena Allah berfirman dalam Surat Al-‘Asr ayat 3 yang
artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling
berpesan dalam kebenaran dan saling berpesan dalam kesabaran.”
2.
Tarbiyah
Dzatiyah
Sarana-sarana
dalam tarbiyah dzatiyah antara lain sebagai berikut:
a)
Muhasabah
Muhasabah
merupakan penyucian atau pembersihan diri sebagai alat
menginstropeksi dirinya sendiri.Seorang muslim mulai men-tarbiyah
dirinya sendiri dengan cara pertama-tama evaluasi terhadap dirinya sendiri atas
kebaikan dan keburukan yang dikerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang
dimiliki agar dapat menyadari dan melakukan perbaikan terhadap dirinya sendiri.
b)
Taubat
dari segala dosa
Taubat dari
segala dosa dapat meluruskan perjalanan jiwa setiap kali melakukan penyimpangan
dan mengembalikannya kepada titik tolak yang benar.Taubat juga bisa menhentikan
laju kesalahan jiwa, sehingga Allah melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang
yang bertaubat dengan mengubah kesalahan-kesalahan mereka menjadi kebaikan.
c)
Mencari
ilmu dan memperluas wawasan
Dengan kita
mencari ilmu dan memperluas wawasan, kita akan menjadi semakin paham bagaimana
melakukan tarbiyah yang benar, tahu mana yang halal atau haram, mana
yang benar atau bathil, dan mana yang benar ataupun yang salah.
d)
Mengerjakan
amalan-amalan iman
Mengerjakan amalan-amalan iman ini sangat
besar pengaruhnya pada jiwa, karena cara ini merupakan realisasi dari
perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya. Amalan-amalan iman tersebut antara lain
mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin, meningkatkan porsi ibadah
sunnah dan peduli ibadah dzikir, termasuk membaca Al-Qur’an.
e)
Memperhatikan
aspek akhlak (moral)
Akhlak menjadi
salah satu sarana tarbiyah dzatiyah, sekaligus tujuannya pada saat yang
sama. Oleh karena itu, setiap muslim harus men-tarbiyah dirinya
denganakhlak yang dianjurkan dalam Islam seperti sabar, tawadhu’,
dermawan, jujur dan masih banyak lagi akhlak-akhlak mulia yang harus
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Halaqah
Tarbawiyah
Kegiatan halaqah ini berbentuk pertemuan rutin minimal sekali
dalam seminggu dengan agenda kegiatan,
antara lain:
a)
Tadarus
Al-Qur’an.
b)
Pemberian
materi.
c)
Internalisasi
materi dalam pengamalan.
d)
Dialog
permasalahan umat.
e)
Evaluasi
diri atau muhasabah.
Selain
di atas, halaqah juga bisa diadakan acara-acara khusus untuk menguatkan
spiritual seperti buka puasa sunah bersama, qiyamul lail bersama, dll.
Intinya forum yang tidak hanya mengkaji islamdalam dataran wancana, akan tetapi
dilanjutkan ke arah internalisasi atau pengamalan bahkan hingga pada tataran
bagaimana dakwah pada kaumnya.[5]
D.
Manfaat dalam Pembinaan Akhlak
1.
Tazkiyah al-Nafs
Aktivitas-aktivitas tazkiyah yang dapat mencontoh Rasulullah
SAW ini dapat menghasilkan manfaat-manfaat ‘amaliyah. Manfaat-manfaat
ini disebut tsamaratut-tazkiyyah yang antara lain sebagai berikut:
a)
Lisan
yang terkontrol (Dhabtul-Lisan)
b)
Komitmen
dengan adab-adab pergaulan (Iltizam Bi Adabil ‘llaqat)
Dengan tazkiyah
ini seseoarng muslim dapat menentukan batasan-batasan dalam pergaulan, di
mana ia bisa menempatkan diri dalam golongan pergaulan yang membawa keselamatan
dunia dan akhirat.[6]
2.
Tarbiyah Dzatiyah
Jika seorang muslim benar-benar melaksanakan pembinaan akhlak
terhadap dirinya sendiri maka ia akan memperoleh hasil dari tarbiyah
dzatiyah yang di antaranya sebagai berikut:
a)
Keridaan
Allah SWT dan Surga-Nya.
b)
Kebahagian
dan Ketentraman.
c)
Dicintai
dan diterima Allah.
d)
Terjaga
dari keburukan.
e)
Jiwa
merasa aman.
3.
Halaqah Tarbawiyah
Dalam bentuk pembinaan Akhlak Tasawuf, melalui halaqahakan
dihasilkan manfaat:[7]
a)
Tertanamnya
keyakinan iman yang kuat pada akidah dan kebenaran Islam.
b)
Terbentuknya
akhlak al-kharimah secara nyata dalam wujud perbuatan baik dalam ruang lingkup
individu, keluarga dan masyarakat.
c)
Terciptanya
ukhuwah Islamiah di dalam kehidupan sosial.
d)
Terpeliharanya
kepribadian dan amal dari berbagai pengaruh yang bisa merusak dan
melemahkannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
langkah dalam kita melakukan pembinaan akhlak berdasarkan tasawuf.Ketiga
langkah tersebut, yakni tazkiyah al-Nafs, tarbiyah dzatiyah, dan halaqahtarbawiyah.Tazkiyah
al-Nafs adalah langkah pembinaan akhlak tasawuf dengan melakukan penyucian
jiwa dari penyakit-penyakit hati.Tarbiyah dzatiyah adalah langkah
pembinaan akhlak taswuf yang dilakukan diri sendiri untuk membentuk kepribadian
Islami yang sempurna di seluruh sisinya.Terakhir, halaqah tarbawiyah
merupakan langkah pembinaan akhlak tasawuf dengan dipimpin oleh seorang murabbi
(pembimbing).
B.
Saran
Dalam
penyusunan dan penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang harus dibenahi.Oleh sebab itu, kami senantiasa meminta kritik
dan saran yang membangun dari pembaca agar ke depannya dalam kami menyusun penulisan
makalah bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Nur. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2013.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) for Android 4.0.0
Khoiri,
Alwan dkk.Akhlak/Tasawuf. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar