Kamis, 09 Oktober 2014

Makalah Pengantar Studi Islam di Barat



MAKALAH
PERKEMBANGAN STUDI ISLAM
DI BARAT



Disusun oleh :
Alfian Huda
NIM: 14480092







PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan studi Islam di barat (di negara Eropa dan Amerika) saat ini berkembang cukup pesat. Meskipun harus diakui, saat ini kaum muslim merupakan kaum minoritas di Eropa dan Amerika. Namun bila kita telusuri sejarah Islam, ternyata pada abad antara 8-13 Masehi pusat studi Islam justru berada di Spanyol yang merupakan wilayah Eropa. Pada masa itu pula umat Islam mengalami era keemasan di bawah pimpinan Khalifah Bani Umayyah. Di mana perkembangan ilmu pengetahuan saat itu justru lahir dari para cendikiawan-cendikiawan muslim. Ini menjadi aneh bila melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini banyak cendikiawan-cedikiawan muslim yang justru belajar dari orang-orang non-muslim di Eropa maupun Amerika.Padahal pada abad 8-13 masehi, justru orang-orang non-muslimlah yang banyak belajar dari umat Islam tentang ilmu pengetahuan di berbagai bidang.
Dari beberapa uraian di atas tentu akan menjadi sebuah hal yang menarik bila kita membahas tentang perkembangan studi Islam saat ini di beberapa negara di Barat (Eropa dan Amerika). Hal ini kita butuhkan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan perkembangan studi Islam di Eropa dan Amerika saat ini yang notabenya umat Islam di dua benua ini merupakan kaum minoritas. Selain itu, pembahasan mengenai studi Islam di Barat juga untuk mengetahui latar belakang pembelajaran kajian-kajian Islam beberapa negara di Eropa dan Amerika. Sehingga kita bisa mengetahui tujuan dari beberapa negara di Barat (Eropa dan Amerika) membuka kajian-kajian tentang Islam, khususnya kajian-kajian Islam yang dilakukan oleh universitas-universitas diEropa dan Amerika.



B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana perkembangan studi Islam di Benua Eropa, khususnya di negara Inggris dan Belanda?
2.   Bagaimana perkembangan studi Islam di Benua Amerika, khsususnya di Amerika Serikat dan Kanada?


C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.   Menjelaskan perkembangan studi Islam di Benua Eropa, khususnya di negara Inggris dan Belanda.
2.   Menjelaskan perkembangan studi Islam di Benua Amerika, khususnya di negara Amerika Serikat dan Kanada.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Studi Islam di Inggris dan Belanda
1.   Inggris
Di Inggris, salah satu pusat studi Islam berada di Kota London. Di
London, pusat studi Islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies, yakni fakultas mengenai studi ketimuran dan Afrika. Di mana di dalamnya memuat berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di Asia dan Afrika. Salah satu progam studinya adalah progam MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan ke jenjang doktor.[1]
2.   Belanda
Perkembangan studi Islam menjadi kajian yang cukup intens di Leiden University, Belanda. Perguruan tinggi ini ini memiliki koleksi perpustakaan kajian Islam yang memadai. Bahkan di perpustakaan Leiden University ini memiliki manuskrip-manuskrip tentang Islam, yang di beberapa negara asalnya sudah tidak terurus, bahkan hilang. Banyak calon dosen dari perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia yang dikirim untuk melanjutkan studi di universitas ini.[2]
Pada perkembangan terhadap kajian-kajian keislaman, Leiden University juga melakukan kerja sama dengan beberapa instansi. Salah satu kerja samanya adalah kerja sama dengan Departemen Agama Republik Indonesia. Kerja sama ini dinamakan dengan Indonesian-Nederlands Cooperations in Islamic Studies (INIS). Dari kerja sama INIS ini telah melahirkan hasil-hasil penelitian Islam di Indonesia. Bahkan, telah banyak dikirim para dosen dari Belanda untuk mengajar di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Di antara dosen tersebut adalah Karel Stenbrink (1988-1991),  Martin Van Bruinessen (1991-1994), dan Johan Hendrik Moulemen (1994-1998).

B.     Perkembangan Studi Islam di Amerika Serikat dan Kanada
1.   Amerika Serikat
        Kajian-kajian keislaman menjadi sebuah kebutuhan di lembaga-lembaga perguruan tinggi di Amerika Serikat. Di Amerika, pada umumnya, studi-studi Islam lebih menekankan pada studi sejarah Islam, bahasa-bahasa Islam selain Arab, sastra dan ilmu-ilmu sosial yang berada di Pusat Studi Timur Tengah atau Timur Dekat.[3]Studi tentang keislaman di Amerika Serikat sendiri pertama kali dicetuskan oleh Prof. Mahmoud Ayyoub. Beliau merupakan tokoh utama penggagas tentang kajian Islam yang cukup intens untuk mewujudkan kajian islam di Temple University, Amerika Serikat.
        Prof. Mahmoud Ayyoub juga pernah merekomendasikan Alwi Shihab, salah seorang mahasiswa asal Indonesia untuk belajar di Temple University. Hingga selesai merampungkan studi, Alwi Shihab pernah menjadi anggota peneliti Harvout Seminary dalam beberapa tahun. Kemudian ia kembali ke Indonesia untuk berkiprah di kancah politik dan sempat menjadi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
        Melalui studi Islam ini, Prof. Mahmoud Ayyoub berusaha mempromosikan beasiswa bagi para calon mahasiswa yang akan masuk progam kajian islam di Temple University.
Selain di Temple University, studi Islam di Amerika Serikat juga terdapat di Chicago University. Di universitas ini ada guru besar asal Pakistan, yakni Prof. Fazlur Rahman yang sangat dikenal karena kefasihannya dalam menjelaskan tentang Islam.[4] Telah banyak mahasiswa asal Indonesia yang melanjutkan studi Islam di universitas ini. Di antaranya Nurcholish Madjid (Pendiri Universitas Paramadina), Ahmad Syafi’I Ma’arif (mantan Ketua Umum PP Muhmmadiyah pasca Amin Rais) dan Mulyadi Kertanegara (Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Karena terbukannya beasiswa untuk studi di Amerika Serikat, banyak mahasiswa asal Indonesia yang telah lulus tes TOEFL dapat mengikuti studi di sana, termasuk di Chicago University.[5] Di Chicago University, studi Islam lebih menekankan pada pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah klasik dan bahasa-bahasa Islam non-Arab. Secara organisatoris, studi Islam di Chicago Unversity berada di bawah Pusat Studi Timur Tengah, Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Timur.Kemudian dengan mengikuti langkah-langkah yang dilakukan Chicago University ini, maka berdirilah universitas-universitas lain di Amerika Serikat yang membuka progam studi Islam, salah satunya adalah  University of California Los Angeles (UCLA).
Di University of California Los Angeles (UCLA), studi Islam dibagi ke dalam empat komponen antara lain sebagai berikut:
a)      Doktrin dan sejarah Islam.
Studi Islam di University of California Los Angeles (UCLA) memasukan doktrin dan sejarah Islam dalam pembelajaran.Di mana pada pembelajaran tentang doktrin dan sejarah Islam ini memuat sejarah dan pemikiran Islam.
b)      Bahasa Arab.
Di dalam pembelajaran bahasa Arab di University of California Los Angeles (UCLA) juga memasukan teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum, dan lain-lain.
c)      Bahasa non-Arab yang muslim.
Kajian Islam di University of Calfornia Los Angeles (UCLA) juga membahas dan mengkaji bahasa-bahasa non-Arab yang negaranya mayoritas muslim, seperti Turki, Urdu, Persia,dan sebagainya.
d)     Ilmu-ilmu sosial, sejarah, bahasa Arab, bahasa-bahasa Islam, sosiologi, dan semacamnya.
Ilmu-ilmu sosial, sejarah, bahasa Arab, bahasa-bahasa Islam, sosiologi juga masuk dalam kajian studi Islam di Universitas California (UCLA).
            Selain komponen-komponen di atas, pembelajaran di UCLA mewajibkan penguasaan secara pasif satu atau dua bahasa Eropa.
2.   Kanada
Di Kanada, tujuan dari studi tentang Islam adalah untuk menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman Nabi Muhammad SAW sampai dengan masa kontemporer, memahami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia, dan mempelajari bahasa-bahasa muslim non-Arab seperti Bahasa Persia, Urdu, dan Turki.[6]
Pusat studi Islam di Kanada dimulai dari McGill University dengan tokoh utamanya Wilfred Cantwell Smith. Latar belakang studi keislaman yang dilakukan Wifred Cantwell Smith adalah munculnya banyak konflik yang ditimbulkan oleh isu agama. Adanya banyak konflik yang timbul dikarenakan isu agama telah mengguggah Wilfred Cantwell Smith untuk membuka kajian keislaman agar para sarjana di negara-negara barat mengetahui secara benar tentang Islam sekaligus mengurangi adanya kesalahpahaman di antara mereka.
Pada perkembangannya, kajian keislaman yang dilakukan Wilfred Cantwell Smith berkembang menjadi sebuah departemen yang menjadi bagian dari McGill University. Bahkan dalam rangka memperbanyak hasil-hasil penelitian tentang Islam ini, departemen ini mengundang para peneliti, profesor-profesor, atau guru-guru besar dari berbagai universitas. Toshihiko Izutsu, seorang profesor dari Jepang pernah mengajar di The Development Of Islamic Studies in Canada. Dari Indonesia yang pernah menjadi tenaga pengajar di The Development Of Islamic Studies in Canada ini adalah Prof. Dr. Nurcholish Madjid (alm) dan Prof. A. Syafi’I Ma’arif.[7]


























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
       Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan studi Islam di Barat, khususnya di negara Inggris, Belanda, Amerika Serikat, dan Kanada telah masuk ke perguruan tinggi. Di Inggris, tepatnya di Kota London, studi Islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies, yakni fakultas mengenai studi ketimuran dan Afrika yang mempelajari berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di Asia dan Afrika. Di Belanda, studi Islam cukup intens dikaji di Leiden University. Dalam melakukan studi Islam, Leiden University bekerja sama dengan instansi-instansi lain, salah satunya dengan Departemen Agama Republik Indonesia yang dinamai dengan Indonesian-Nederlands Cooperations in Islamic Studies (INIS). Dari kerja sama INIS ini telah melahirkan hasil-hasil penelitian Islam di Indonesia. Bahkan, banyak para dosen dari Belanda dikirim untuk mengajar di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.
       Di Amerika Serikat, studi Islam lebih menekankan pada studi sejarah Islam, bahasa-bahasa Islam selain Arab, sastra dan ilmu-ilmu sosial yang berada di Pusat Studi Timur Tengah atau Timur Dekat. Di Amerika Serikat yang mempelajari studi Islam adalah Temple University, Chicago University, dan University of Calfornia Los Angeles (UCLA). Di Kanada studi Islam bertujuan untuk menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman Nabi Muhammad SAW sampai dengan masa kontemporer, memahami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia, dan mempelajari bahasa-bahasa muslim non-Arab seperti Bahasa Persia, Urdu, dan Turki. Salah satu universitas yang mengkaji studi Islam di Kanada adalah McGill University.


DAFTAR PUSTAKA

Sahrodi, Jamali. 2008. Metodologi Studi Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Mudzar, Atho. 1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prastowo, Andi. 2013. Handout Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.


                                   























[1]Atho Mudzar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) hlm. 25.
[2]Manuskrip adalah  naskah tulisan tangan yang menjadi kajian filologi: masih tersimpan di museum dan belum pernah diselidiki.
[3]Atho Mudzar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) hlm. 25.
[4]Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hlm. 174.
[5]Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hlm. 174.
[6]Atho Mudzar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) hlm. 25.
[7]Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hlm. 172.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar